Budi Sukada
Bagi
setiap muslim, rumah yang Islami tentu menjadi idaman. Namun, tidak
semua bisa memahami apa sebenarnya yang disebut rumah Islami itu.
Sehingga, banyak yang salah kaprah menerjemahkan konsep rumah Islami.
Menurut Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Budi Sukada, rumah
yang Islami bukanlah rumah yang desain arsitekturnya seperti masjid atau
rumah yang di dalamnya penuh dengan ornamen-ornamen Islam, seperti
kaligrafi, dan lainnya.
Rumah yang Islami, katanya, adalah rumah
yang efisien, bisa untuk sarana dzikir kepada Allah, dan mengingat akan
mati, serta tidak dibuat-buat. ''Rumah yang Islami itu bukan yang
menghadap kiblat atau yang WC-nya tidak menghadap kiblat. Namun, rumah
Islami adalah rumah yang dibuat dan tidak dibuat-buat,'' katanya kepada Republika usai berbicara pada diskusi Perlambang dalam Peradaban Islam, di arena Islamic Book Fair, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Budi
mengungkapkan, rumah yang Islami adalah rumah yang memungkinkan
penghuninya untuk saling bersilaturahmi dan berinteraksi. Sementara itu,
privasi masing-masing orang juga bisa terjaga di dalamnya. ''Kalau
kriteria-kriteria tersebut terpenuhi, baru menjadi tugas arsitek untuk
mewujudkan itu dalam desainnya,'' ungkapnya. Namun, kata dosen Jurusan
Arsitektur Universitas Indonesia (UI) ini, tidak semua orang bisa
memahami hal ini. Bahkan, para pemilik rumah sering kali tidak mau kalau
rumahnya tidak dibuat-buat. Mereka ingin agar rumahnya terkesan mewah
dan megah. ''Kebanyakan orang sekarang justru ingin rumahnya tertutup
dari lingkungan luar dan para tetangga.
Mereka membangun tembok
rumah yang tinggi-tinggi. Kecenderungannya sekarang kita memang menjadi
semakin individualis,'' ujar alumnus jurusan Teknik Arsitektur UI ini.
Masyarakat sekarang juga lebih suka mendesain tata letak ruangnya di
mana orang tua tidur di lantai atas sedangkan anak-anak tidur di lantai
bawah. Ini menyebabkan anak-anak dan orang tua tidak bisa bersilaturahmi
dan berinteraksi dengan baik. Desain rumah yang Islami, sebut Budi,
terdapat zona-zona di mana privasi masing-masing penghuninya terjaga
atau tidak terganggu. ''Rumah yang Islami juga rumah yang bisa sebagai
tempat kumpul seluruh anggota keluarga atau penghuninya,'' terangnya.
Namun,
yang lebih penting rumah yang Islami adalah rumah yang tidak menutup
diri dari dunia luar. Tapi, tetap memungkinkan interaksi dan hubungan
sosial dengan lingkungan sekitar dan para tetangga bisa berlangsung
dengan baik. Di rumah tersebut, lanjutnya, orang juga bisa merasa welcome
(diterima dengan baik). Rumah Islami juga bukan rumah yang menonjolkan
kemewahan dan kekayaan. Soal ornamen-ornamen yang bercorak Islami
seperti kaligrafi, tutur Budi, boleh-boleh saja dipasang di rumah. Tapi,
yang harus dijadikan pedoman adalah bahwa pemasangannya harus di tempat
yang pas.
- Desain rumah hendaknya tidak ditujukan untuk menunjukkan status sosial seseorang (kedudukan atau jabatan). Indah tapi tidak berlebihan atau glamour. Ramah terhadap lingkungan dan hubungan dengan tetangga terjaga dengan baik.
- Dinding atau pagar sebaiknya tidak terlalu tinggi, sehingga membuat rumah terlingkupi dan terkesan sebagai benteng yang memutuskan hubungan dengan tetangga. Dengan catatan masih memenuhi fungsinya sebagai pengaman.
- Pintu utama dan teras usahakan tidak diletakkan secara tegak lurus dengan ruang tamu. Sebaiknya disamping rumah. Hal ini dimaksudkan agar ketika tuan rumah membuka pintu, seorang tamu tidak langsung melihat isi rumah melainkan hanya sebagian kecil. Selain itu desain juga menjaga agar ketika ada seorang tamu dan tuan rumah dalam keadaan tidak siap menerima tamu (tidak berjilbab), aurat tuan rumah akan tetap terjaga. Hal ini juga menjaga dari pandangan orang iseng yang sambil lewat melonggok kedalam rumah.
- Ruang tamu hendaknya tidak bersambung dengan ruang keluarga dan ruang – ruang lain dalam rumah sehingga aktivitas penghuni tidak bisa diketahui oleh tamu. Ruang tamu harus benar-benar dirancang supaya penghuni tidak merasa terganggu aktifitasnya dengan kedatangan tamu.
- Kamar mandi usahakan mudah perawatannya sehingga kebersihannya tetap terjaga. Pilih bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah ditumbuhi jamur atau lumut
- Letak toilet sebaiknya tidak menghadap kiblat, usahakan menghadap utara atau selatan.
- Sebaiknya meminimalkan hiasan berupa patung dan gambar manusia atau binatang akan menghalangi malaikat Rahmat untuk masuk kedalam rumah.
- Sediakan sebuah ruang untuk tempat beribadah (mushola, untuk salat – salat sunnah) sekaligus sebagai tempat pembinaan bagi seluruh anggota keluarga. Ruang yang akan memberi ruh dan sumber cahaya ilahi bagi keluarga.
0 komentar:
Posting Komentar